Pelatihan bertajuk ‘Digittal Skills Training for Teachers from Religious Schools’ ini berlangsung di Hotel Sotis Kupang, Kamis (03/03/2022). Kegiatan tersebut merupakan hasil kerja sama SDGs UKAW Kupang bersama Deutsche Geseklschaft Fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ) sebuah lembaga asal Jerman yang berpusat di Jakarta.
Koordinator SDGs UKAW Kupang, Godlif Neonufa, di sela-sela kegiatan mengatakan, UKAW bersama organisasi kemasyarakatan menggelar pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan guru di dunia pendidikan. “Setelah ini kami akan buat ekowisata. Setelah itu akan ada food security semua agar bisa menjawab tujuan SDGs. Kami punya 46 desa binaan,” kata Godlif. Dia menjelaskan, kegiatan ini dirancang oleh SDGs dari Jerman dan sama seperti kegiatan tahun sebelumnya. Kegiatan ini berkosentrasi pada peningkatan dan pemahaman akan keterampilan digital para guru yang berasal dari sekolah-sekolah keagamaan.
“Kita banyak berbicara tentang bagaimana pergeseran-pergeseran pola belajar dari pola konvensional ke pola digital platform digital atau virtual,” jelas Godlif. Dalam pelatihan tersebut, pihak Godlif menghadirkan lembaga yang memiliki keterampilan digital dan tentu saja bisa diandalkan. “Mereka akan menguasai dan kemudian mereka bisa mengaktualisasikan pola pembelajaran digital,” imbuh Godlif. Pertama, lanjut dia, para guru dilatih untuk memahami digital dan penggunaan digitalisasi di dalam proses pembelajaran. Kedua, para guru akan terpapar dengan SDGs dan pemahaman mereka menjadi lebih baik.
“Kebetulan peserta pelatihan baru, mereka ini baru ikut untuk kegiatan ini. Kali lalu, yang ikut adalah dari yayasan, entah GMIT, Katolik, Islam atau sekolah keagamaan lain,” tandasnya. Kali ini, demikian Godlif, peserta adalah guru. Berharap apa yang mereka peroleh bisa memperkuat kapasitas pribadi sebagai guru dan pencapaian bidang peningkatan mutu pendidikan.
Sementara, Marvel J. P. Ledo, Advisor for Inclusive Patner-ships on SDGs Implementation in Indonesia, menegaskan pihaknya merasa perlu untuk membuat pelatihan keterampilan digital. Hal tersebut sebagai respons terhadap situasi dan kebutuhan keterampilan virtual, baik itu pembelajaran maupun kemampuan digital sendiri. “Kita menyadari bahwa rupanya tidak semua sekolah punya kemampuan dan akses kepada semua ini. Kegiatan-kegiatan awalnya terkait dengan diskusi maka kita merasa ini akan menjadi salah satu kegiatan yang melengkapi jadi nanti akan seperti sinergi,” kata Marvel.
Menurutnya, tujuan dari pelatihan ini adalah para guru bukan saja membawa pulang pengetahuan tentang eksposisi yang sifatnya praktikal, tetapi mengajarkan murid-murid mereka secara baik tentang secara digital. “Materi materi tersebut yang terakhir ini adalah keahlian yang kita harapkan menjadi nilai tambah bagi para guru peserta yanh kurang lebih perwakilan dari sekolah-sekolah di kota Kupang ini adalah keahlian digital skills,” sambung dia. “Kami dari GIZ lakukan sedikit-sedikit tapi akan ada dampak di masa depan. Dampaknya itu terkelola di tingkat masyarakat. Meski sekecil apapun tapi jika terbaik maka akan kelihatan dii masyarakat. Kita benar-benar melihat masyarakat di NTT harus disiapkan menuju era digital,” tandasnya.